09 February 2014

Hari Terakhir Sebagai Ronin

Udara Jogjakarta sejuk. Dari ujung kaki hingga leher saya masih tertutup selimut. Masih dalam selimut, saya mencari warna langit melalui jendela ruang televisi yang menembus ke halaman belakang, yang tirainya jarang ditutup. Ungu tua. Bisa diperkirakan saat itu sekitar jam 5 pagi. Saya memiringkan badan ke kanan, menghadap anak laki-laki saya yang masih tertidur pulas. Tanpa selimut. Dia tak pernah mau pakai selimut. Meski udara begitu dingin. Saya menyingkap rambut yang menutup keningnya.

"Ini adalah hari terakhir kita bermalas-malas di pagi hari, Nak. Besok kamu mau tak mau akan ikut Bunda bangun subuh-subuh, mandi, sarapan. Bunda antar kamu ke day care, kemudian Bunda kerja. Tak ada alasan untuk bangun tidur, tidur lagi. Tak ada alasan untuk malas mandi. Mulai besok kita akan menjadi bagian orang-orang yang sibuk di pagi hari. Patuh terhadap jadwal yang tetap. Senin sampai Jumat."

Sudah beberapa bulan ini saya tidur di ruang tengah. Mengerjakan deadline-deadline layout buku, desain sampul, dan naskah-naskah ringan. Saya mencintai pekerjaan lama saya. Meski tak pasti dan tak tentu datangnya.

-agnesch-

No comments: