23 September 2014

Jempol yang Melepuh


Sabtu 20 September lalu, saya memasak sayur asem, tempe goreng, ikan asin, dan sambal untuk makan siang. Seperti biasanya jika saya mengerjakan pekerjaan rumah, Zeta akan menawarkan dirinya untuk membantu saya. “Bun, aku bantuin ya.” Tentu saja realita sesungguhnya adalah bermain dan mengacak-ngacak.

Zeta membantu dengan memasukkan jagung, labu siam, dan kacang panjang satu persatu ke dalam panci yang berisi air mendidih. Berkali-kali aku harus berkata, “Hati-hati ya, panas”. Dan Zeta selalu menjawabnya, “Iyalah. Aku kan udah gede.”

Zeta kemudian menghentikan memasukan sayuran ke dalam panci, karena dia tertarik dengan pekerjaan yang saya lakukan: memotong tempe dan mencelupnya ke dalam air garam. “Aku aja. Aku aja, ya.” Dengan semangat, Zeta mencelupkan tempe yang sudah diiris tadi, lalu meremas-remasnya, hingga ada beberapa potong tempe yang hancur. -___-